Pembuktian Kaki Termahal di Dunia

Kamis, 20 Mei 2010

Despite Obstacles

In our spiritual life, obstacles and trials can threaten us. We may fall into despair when we encounter financial crisis, unemployment, conflict and misunderstandings. But psalm 61 tells us that God is our refuge and protection. Faith in God helps us to overcome despair.

We can be filled with spiritual strength through prayer, spiritual reflection, Bible reading, fellowship with our brothers and sisters in the faith, fasting and taking holy communion in church. When we are filled with God’ strength, we mature, becoming strong enough to overcome even the stony obstacles in our path.


James 1:2-3

Whenever you face trials of any kinds, consider it nothing but joy, because you know the testing of your faith produces endurance.


What obstacles has God helped me to overcome?

Rabu, 19 Mei 2010

Saling Memahami, Saling Pengertian


Ayat bacaan: Amsal 20:5
======================
"Counsel in the heart of man is like water in a deep well, but a man of understanding draws it out." (English Amplified Bible)

saling memahami, saling pengertian"Wanita itu sulit dimengerti." Terlalu sering sudah kita mendengar kalimat ini. Memang, wanita diciptakan berbeda dengan pria. Secara umum wanita lebih mengandalkan perasaannya, sedang pria berada pada sisi logika. Kedua sisi berbeda ini sering membuat keduanya sulit untuk saling memahami atau mengerti satu sama lain. Tidak jarang pula sisi perbedaan yang tidak diwaspadai ini terekspos secara terlalu besar dalam sebuah keluarga dan mengakibatkan runtuhnya hubungan yang sudah dibangun selama ini. Alasan tidak ada lagi kecocokan kerap menjadi alasan berakhirnya sebuah hubungan. Wanita itu sulit dimengerti, mungkin benar, tetapi bukan berarti kita tidak akan pernah bisa memahami mereka. Di sisi lain berlaku pula sebaliknya. Pria pun sama seperti wanita, dan sudah merupakan kebutuhan semua manusia, butuh dimengerti.

Petrus mengingatkan pentingnya bagi suami untuk bisa memahami istri sepenuhnya. "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang." (1 Petrus 3:7). Dalam versi Bahasa Indonesia sehari-hari, kata "hiduplah bijaksana" ini diartikan "hidup dengan penuh pengertian". Atau dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "live considerately".Ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para suami, begitu penting sehingga dikatakan bahwa doa-doa kita bisa terhalang jika kita mengabaikan kewajiban untuk memahami pasangan kita masing-masing. Secara luas prinsip ini pun berlaku sebaliknya. Siapapun kita, menikah atau tidak, butuh untuk dimengerti, sejauh atau sedalam yang mungkin dilakukan oleh orang lain. Kita terlahir dengan kebutuhan seperti itu dan menjalani hidup dengan kebutuhan itu. Jika kita ingin dimengerti, maka sudah seharusnya pula kita belajar untuk lebih memahami orang lain. It works both ways, and imagine how wonderful life would be if we understand each other, deeply.

Amsal Salomo menuliskan: "Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya." (Amsal 20:5). Dalam Bahasa Inggrisnya dikatakan: "Counsel in the heart of man is like water in a deep well, but a man of understanding draws it out." Isi hati orang berbeda-beda, sifat orang berbeda-beda, dan terkadang sulit untuk diselami, bagaikan air yang dalam, like water in a deep well. Tapi itu bukan berarti kita bisa menjadikannya alasan untuk tidak mau mengerti mereka. Amsal Salomo berkata, hanya orang yang memiliki pengertian (a man of understanding) lah yang sanggup menimbanya. Dalam kesempatan lain Salomo juga menegaskan: "Understanding is a wellspring of life to those who have it, but to give instruction to fools is folly." (Amsal 16:22). Understanding, atau pengertian, adalah sumber kehidupan, kebahagiaan bagi yang memilikinya. Tapi orang yang tidak memiliki pengertian adalah seperti orang bodoh, yang akan tersiksa oleh kebodohannya sendiri.

Tidak ada orang yang mampu memahami orang lain sepenuhnya 100%, tentu saja. Tetapi itu bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita selalu bisa memperoleh sesuatu yang baru dari mereka setiap hari. Kita bisa terus belajar untuk itu. Belajar menghidupi "the wellspring of life" kita, hidup berdampingan secara harmonis dengan setiap orang, rukun dan damai. Dan itu semua bisa kita alami apabila kita mau mulai belajar untuk lebih mengerti orang lain. Tidak hanya berpusat pada ego diri sendiri, apa maunya kita saja, tetapi mulai memikirkan alasan-alasan orang lain ketika memutuskan sesuatu, mulai untuk lebih memahami orang lain, meski keputusan yang mereka ambil berbeda dengan apa yang kita anggap baik.

Butuh waktu tentu untuk bisa mengerti satu sama lain. Tapi itu bisa merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi mereka. Sejauh mana kita mau meluangkan waktu untuk belajar memahami orang-orang yang kita kasihi akan menunjukkan sejauh mana kita peduli terhadap mereka. Tidak ada alasan apapun yang pantas kita angkat untuk menghindari hal ini. Tuhan tidak membentuk kita sebagai orang-orang yang tidak peduli, ignorance, berpusat pada ego dan kepentingan diri sendiri, hanya meminta dimengerti tapi tidak mau mengerti. Tuhan rindu setiap kita, anak-anakNya, memiliki belas kasih, yang di dalamnya termasuk pengertian terhadap orang lain. Mungkin sulit, mungkin berat, namun kita bisa melakukannya. Mintalah rahmat Tuhan agar kita bisa belajar untuk lebih memahami orang-orang yang berarti bagi kita, dan bagi orang-orang di sekitar kita secara luas.

Understanding takes time and effort, but we can always learn something new everyday

Why do Christians sometimes have such difficulty accepting another person’s faith?

Each of us is born with our own unique ways of feeling and understanding. These differences don’t make us wrong; they simply indicate we are using our God-given gifts to think and reason for ourselves.

God wants us to love each other despite our differences. If we love God honestly, our Christian love can embrace every one and help us accept that those whose worship practices of theological perspectives differ from ours are still capable of loving God


Colossians 3:11

Where there is neither Greek nor Jew, circumcision nor uncircumcision, Barbarian, Scythian, bond nor free: but Christ is all, and in all.

Our differences can enrich our relationship

Senin, 17 Mei 2010

KaSiH yanG s3jATi mEnGubAh 0rAng


Engkau tahu bahwa kasihmu itu nyata saat kau menangis bersama orang-orang yang menangis dan bersukacita bersama orang-orang yang bersukacita. Kau tahu bahwa kasihmu nyata jika kau turut merasakan yang dirasakan orang lain seperti yang dirasakan Catherine Lawes bagi narapidana penjara Sing Sing. Ketika suaminya, Lewis, menjadi kepala penjara tahun 1921, Catherine adalah seorang ibu muda dengan tiga orang anak perempuan. Setiap orang mengingatkannya supaya jangan pernah melangkahkan kaki ke dalam penjara. Namun ia tak mendengarkan mereka. Ketika pertandingan basket yang pertama diadakan, ia pergi dengan tiga putri di belakangnya dan duduk di barisan penonton bersama para narapidana.

Suatu kali pernah ia berkata:” saya dan suami akan menjaga orang-orang ini dengan baik, dan saya percaya bahwa mereka akan menjaga saya dengan baik! Saya tak perlu khawatir!”
Ketika ia mendengar bahwa ada seorang narapidana pembunuh yang buta, ia mengajarnya Braille, sehingga orang itu dapat membaca. Ketika ia tahu bahwa ada narapidana lain yang lemah pendengarannya, ia belajar bahasa isyarat, sehingga mereka dapat berkomunikasi. Selama 16 tahun Catherine Lawes membulatkan hati-hati keras para lelaki di Sing Sing. Pada tahun 1937, dunia dapat melihat perbedaan yang dibuat oleh kasih yang sejati.

Para narapidana tahu bahwa ada sesuatu yang salah ketika Lewis Lawes tak melaporkan diri untuk bekerja. Dengan cepat kabar menyebar bahwa Catherine terbunuh dalam sebuah kecelakaan mobil. Keesokan harinya tubuh Catherine dibaringkan di rumahnya, 1.2 kilometer dari penjara. Ketika pengganti kepala penjara berjalan-jalan pada pagi hari, ia melihat sekumpulan besar orang di pintu gerbang utama. Setiap narapidana merapat ke pagar. Air mata tergenang di pelupuk mata. Wajah khidmat. Tak seorangpun berbicara atau bergerak. Mereka datang berdiri sedekat mungkin dengan perempuan yang telah memberikan kasih kepada mereka.

Kepala penjara itu membuat keputusan yang luar biasa. “Baiklah, kalian dapat pergi. Hanya kalian harus memastikan akan masuk kembali nanti malam.” Mereka adalah penjahat-penjahat amerika paling kejam. Para pembunuh. Para perampok. Mereka adalah orang-orang yang telah dikucilkan selama-lamanya oleh bangsa mereka. Akan tetapi, si kepala penjara membuka kunci pintu gerbang itu bagi mereka, dan mereka berjalan keluar tanpa pengawal atau penjaga ke rumah Catherine Lawes untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Dan demi satu orang setiap narapidana itu kembali.


Kasih yang sejati mengubah orang.
Tidakkah kasih Allah mengubahmu? Tidakkah kau, seperti narapidana itu, buta? Kau tak dapat melihat di seberang kuburan. Kau tak dapat melihat maksud dalam hidup ini sampai Dia menunjukkannya kepadamu. Dan kau pun tak mendengar. Hmm.. telingamu berfungsi tapi hatimu tak mengerti.





A love Worth Giving – Max Lucado